Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang
dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana
tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat
tersendiri.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga
jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat
besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang
dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu
1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,
gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar.
Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa,
terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat
di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai
daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali
(gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan
politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada
hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara
dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus
bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).
Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika
tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak
ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang
agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang
bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk
kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang
lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi
musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan
pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan
datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang
bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat
pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138
H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah
keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang
terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia
berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol
pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman
al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban.
Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di
kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam,
dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang
memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath
dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk
pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para
ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada
pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan
Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di
seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam
mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki
pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi.
Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping
asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai
pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari
umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk
negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang
tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di
pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar
dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang
bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok"
yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah
tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa
Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa
suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat
bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah
yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena
itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang
memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nasir (912-961
M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan
kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir
mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu
buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa
ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota
berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika
Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual
berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir
sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang
berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan
menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas
keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat
pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008
M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu.
Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan
akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri.
Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup
memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam
banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh
negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif,
yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya.
Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat
Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi
perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan
kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini
mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil,
namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan
dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti
Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf
ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah
kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas
"undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban
berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan
orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan
berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja
muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil
untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja
yang lemah.
Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika
Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa
dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali
dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M
penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini.
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M,
kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya.
Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah
itu, Muwahhidun mengalami keambrukan.
Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang
dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol
dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam,
berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam
tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun
1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M.
Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah
dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di
zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya
berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan
terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam
memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada
ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja.
Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu,
ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian
meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua
penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik
tahta.
Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan
besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin
merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa
menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku
kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah
ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun
1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen
atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi
umat Islam di daerah ini.
0 komentar:
Posting Komentar